Achraf Hakimi Akhirnya Buka Suara: Tentang Tuduhan Pelecehan, Pemerasan, dan Upaya Mempertahankan Martabat

Achraf Hakimi Akhirnya Buka Suara: Tentang Tuduhan Pelecehan, Pemerasan, dan Upaya Mempertahankan Martabat

Pertama Kalinya Hakimi Angkat Bicara

Untuk pertama kalinya sejak kasusnya mencuat, Achraf Hakimi, bintang Paris Saint-Germain (PSG), akhirnya memecah kebisuannya. Dalam wawancara eksklusif, pemain asal Maroko itu menceritakan pengalaman paling kelam dalam hidupnya — menghadapi tuduhan yang mengguncang mental dan keluarganya.

Sejak 2023, Hakimi menjadi subjek penyelidikan atas dugaan pelecehan seksual di Paris. Selama lebih dari satu tahun, ia memilih diam dan membiarkan proses hukum berjalan tanpa klarifikasi publik.
Namun di balik ketenangan itu, Hakimi menyimpan luka batin mendalam akibat tuduhan yang ia anggap tidak berdasar dan menyakitkan.

Kini, setelah lama menahan diri, ia akhirnya berbicara — bukan hanya untuk membela diri, tetapi juga demi melindungi masa depan dan martabat anak-anaknya yang masih kecil.

Luka Terberat untuk Seorang Ayah dan Suami

Dalam wawancara penuh emosi bersama Canal+ yang dikutip dari Diario AS, Hakimi mengungkapkan betapa kerasnya tekanan yang ia rasakan ketika kasus itu mencuat ke publik.

“Ini adalah cobaan paling berat yang pernah saya alami. Ketika kebohongan terus diulang, itu menyakitkan — untuk saya, untuk keluarga saya, dan terutama untuk anak-anak saya yang belum mengerti apa pun,” ujar Hakimi dengan nada penuh perasaan.

Hakimi mengaku terpukul saat membayangkan anak-anaknya kelak membaca berita palsu di internet tentang ayah mereka. Baginya, rasa sakit itu jauh melampaui apa pun yang pernah ia alami di lapangan sepak bola.

Tetap Tenang di Tengah Badai Tuduhan

Meski didera tekanan besar, Hakimi mengaku berusaha tetap tenang dan rasional. Ia memilih mempercayakan seluruh proses kepada tim hukumnya, tanpa membiarkan emosinya mengambil alih.

“Saya tahu siapa diri saya dan apa yang sebenarnya terjadi. Tuduhan itu bohong. Saya tidak melakukan hal yang dituduhkan,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa dirinya sangat kooperatif dengan penyidik. Bahkan, Hakimi secara sukarela memberikan sampel DNA dan kesaksian langsung untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

“Saya meminta untuk berbicara dengan polisi, memberikan versi saya, menjawab semua pertanyaan. Berbeda dengan orang yang menuduh saya — ia tidak mempermudah prosesnya,” lanjutnya.

Sisi Gelap Dunia Sepak Bola

Kasus yang menimpa Hakimi membuka matanya terhadap realitas pahit di balik popularitas pemain sepak bola profesional.
Ia mengaku bahwa di balik gemerlap karier, banyak pemain yang menjadi sasaran tipu daya, jebakan, dan upaya pemerasan dari pihak-pihak yang berniat buruk.

“Kami sering jadi target. Ada banyak orang yang berusaha memanfaatkan ketenaran kami. Dari perempuan yang mendekat dengan niat tak baik, hingga ancaman pemerasan yang dilakukan dengan cara licik,” ungkapnya.

Hakimi menegaskan bahwa pemain sepak bola harus selalu dikelilingi oleh orang-orang yang bisa dipercaya. Tanpa lingkaran yang kuat, mereka rentan terjebak dalam situasi berbahaya seperti yang dialaminya.

Perjuangan Mengembalikan Nama Baik

Bagi Hakimi, masalah ini bukan sekadar urusan hukum — melainkan pertempuran untuk memulihkan kehormatan dan jati diri.
Ia menolak dicap sebagai pelaku kejahatan atas tuduhan yang menurutnya sepenuhnya palsu.

“Mereka telah merusak martabat saya. Saya tahu kebenarannya, dan saya tahu tuduhan itu tidak benar,” tegas Hakimi.

Ia berharap tidak ada orang lain yang harus melalui penderitaan yang sama.

“Dituduh tanpa bukti itu menyakitkan. Saya tidak ingin siapa pun di dunia ini mengalami hal seperti yang saya alami,” tutupnya dengan nada haru.

Refleksi dan Pesan Hakimi

Perjalanan hidup Achraf Hakimi kini menjadi pengingat keras bagi para pesepak bola muda tentang pentingnya menjaga integritas, berhati-hati dalam pergaulan, dan tidak mudah percaya kepada siapa pun.

Kasus ini mungkin belum sepenuhnya berakhir, tetapi satu hal yang pasti: Hakimi ingin dunia tahu bahwa ia akan terus berjuang — bukan hanya untuk kariernya, tapi juga untuk martabat, kebenaran, dan keluarganya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *